Loading...
Selamat datang di GTT-PTT Kebumen
PAGUYUBAN GTT-PTT

Upah Guru Honorer Vs Upah Buruh

Sabtu, 17 November 20120 komentar

Perbandingan upah seorang guru honorer dan seorang buruh di negeri ini begitu berbeda. Guru yang merupakan ujung tombak dalam memberikan pelayanan pendidikan di negeri ini mendapatkan upah minimal yang jauh dari upah minimal seorang buruh. Sekarang ini upah guru honorer bervariasi mulai dari yang terkecil Rp 50.000/bulan. Ini adalah sebuah tulisan guru honorer yang menceritakan pentingnya peranan guru honorer di sekolah, akan tetapi kesejahteraannya jauh dari mencukupi. Berikut adalah tulisannya :

Sebelum saya menguraikan realitas upah antara buruh dan honorer , saya akan menjelaskan status dan posisi saya. Saya adalah seorang sarjana Pendidikan Sastra Inggris pernah berkuliah di sebuah perguruan tinggi Swasta di Bandung.


Sebelum kuliah dengan modal kursus Bahasa Inggris saya dipercaya untuk mengajar di sekolah SMP negeri, itu karena Kepala Sekolah melihat potensi saya dekat dengan anak-anak. Ya sedari lulus SMK dulu saya tidak langsung kuliah karena keterbatasan ekonomi keluarga.


Saya juga aktif dan membina di Paskibra selama 3 tahun waktu itu dan hasilnya cukup membanggakan, anak-anak bisa bersaing sampai tingkat provinsi Banten waktu itu. Dengan modal itu saya dipercaya mengajar Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.


Saya mengajar 4 kelas dengan jumlah jam 16 Jam dan honor saya waktu itu sekitar Rp. 160 ribu. Dengan modal uang saku itu saya kuliah melanjutkan studi kelas jauh Perguruan Swasta dari Bandung yang ada di Kota Serang.


Uang semester saya cicil dari uang honor tersebut, ya meski banyak kekurangan dan rela untuk tidak jajan dan lain sebagainya. Dua semester berselang ada seorang teman yang juga karyawan di sebuah perusahaan, ia menawarkan pekerjaan saya dengan gaji yang lumayan meski Standar UMR ( Upah Minimum Regional ) kala itu.


Saya tidak pikir panjang lebar lagi untuk resign dari SMP itu dan kerja dengan teman saya, karena dengan UMR sekitar Rp. 800 ribuan selain bisa untuk bayar kuliah saya juga bisa bantu-bantu orang tua.


Profesi sebagai guru honor pun saya tinggalkan, menjadi karyawan ternyata berbeda dengan menjadi guru. Waktu jadi guru saya banyak waktu luang untuk belajar dan kursus, karena kerjanya setengah hari. Mensiasati hal itu saya harus merelakan hari libur saya untuk kursus dan belajar lebih. Saya kuliah sambil kerja dan lulus sekitar 4 tahun yang lalu, setelah lulus kuliah saya mencoba melamar di sekolah madrasah tsanawiyah dan diterima mengajar pada hari sabtu saja, karena saya masih bekerja di perusahaan yang lama.


Saat ini tenaga honorer di setiap sekolah baik negeri maupun swasta kurang begitu diperhatikan, meski ada peluang untuk mendapatkan sertifikasi dengan syarat sudah S1, jam mengajar yang banyak, serta sudah mengajar kurang lebih selama 5 tahun. Dengan insentif yang sangat minim guru honorer dituntut untuk bisa memberikan yang terbaik bagi anak didiknya, padahal mereka hanyalah manusia biasa pada umumnya yang butuh pendapatan yang bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Karena kuliah itu tidak murah, mahal butuh kerja keras dan waktu yang tidak sedikit.


Guru honorer yang masih statusnya guru honor sekolah benar-benar tidak terperhatikan baik dari upah yang sangat minim dan tidak adanya tunjangan. Ada teman saya yang mengajar dengan jumlah jam 24 jam seminggu, tapi hanya menerima honor sekitar 300 ribuan dan mendapat tunjangan fungsional sekitar 1.5 juta setahun, dan itupun dipotong 200 ribu untuk administrasi dan lain-lain.

Rp 400.000/bulan Vs Rp 1.800.000/bulan

Kalau dihitung-hitung hanya sekitar 400ribuan sebulan, dia harus kerja tujuh hari berturut-turut. Bayangkan betapa jauhnya dengan gaji buruh yang saat ini berkisar 1.8 juta dan akan dinaikkan sekitar 30 persenan atau 2.4 juta. Betapa jauh ketimpangan antara upah guru honorer dan upah buruh perbulannya.


Sedangkan guru honorer masih banyak yang belum diangkat jadi pegawai negeri, mereka jumlahnya ratusan ribu. Mengajar dan mendidik anak bangsa yang akan menjadi penerus pembangunan negeri ini. Jadi sebagai guru honorer saya mewakili teman-teman meminta kepada pemerintah agar nasib kami diperhatikan, kalau perlu bentuk undang-undang penerimaan guru honor dan sistem pengupahan yang layak.

Seandainya guru honor mendapat upah yang layak atau minimal sama dengan buruh, mereka tidak akan menuntut menjadi pegawai negeri. Karena pegawai negeri syaratnya rumit, banyak tunjangan yang mengakibatkan anggaran negara membengkak.

Pentingnya Peranan Guru Honorer Di Sekolah-sekolah

Perlu teman-teman ketahui kebanyakan guru honorer itu memegang peranan penting di sekolah, mereka menjadi wali kelas, pembina ekskul dan jadi wakasek. Jadi guru honorer itu lebih rendah dari buruh tingkat kesejahteraannya, sekali lagi agar bangsa ini maju dan guru menjadi semakin profesional mohon diperhatikan lagi tingkat kesejahteraan mereka.

Ditulis oleh Mustopa,S.Pd
Guru kelas Mts ( Madrasah Tsanawiyah ) di Serang-Banten
Mantan Mahasiswa STKIP Siliwangi Bandung

(ceritamu.com, 16 Nopember 2012)
Suka Artikel Ini? :

Posting Komentar

 
Support : Maskolis | Blog Template
Copyright © 2012. GTT PTT KEBUMEN - All Rights Reserved
Template Editing by GTT-PTT Published by Blog Template
Proudly powered by Blogger
| Welcome to GTT-PTT Kebumen, Central Java, Indonesia |