Jakarta - Sebuah curahan hati dari seorang guru honor di Jakarta yang ditulis di blognya. Sebuah kegalauan tentang kesejahteraan guru honor di sekolah negeri. Jika Anda tertarik bacalah artikel ini sampai selesai ...
Membaca berita di sebuah portal, membuat kegalauan yang sudah ada
semakin menjadi-jadi. Tulisan berikut bukanlah untuk pertama yang saya
turunkan terkait dengan kesejahteraan guru honor di sekolah negeri Ibu
Kota Negara Indonesia, Jakarta. Ini untuk yang ke sekian kalinya.
Saya menulis, salahsatunya, dilatari dan disandarkan pada bait dibawah ini:
….ketidakadilan atau dalam bentuk lainnya
yang tidak sesuai semangat “kesejahteraan yang manusiawi dan masuk akal
sehat” adalah hal yang sudah seharusnya dikabarkan. Bagi saya, ini
selaras dengan himbauan Iwan Fals dalam lagunya: Kesaksian. Baca dengan baik liriknya berikut ini: Orang-orang harus dibangunkan, Aku bernyanyi menjadi saksi, Kenyataan harus dikabarkan, Aku bernyanyi menjadi saksi. Saya menulis sebagai saksi, dan orang lain harus dikabarkan. Jangan seperti lagu Slank tentang Kampus Depok pada pertengahan tahun 1990-an yang menyebutkan: Semuanya hanya tutup mata saja, semuanya nggak berbuat apa-apa. Mereka tidak peduli, tidak mau tahu.
Perbandingan
Ketika buruh, Satpam dan OB Sekolah, serta pembersih sungai di Jakarta memperoleh kesejahteraan yang lumayan, sementara guru yang statusnya sama-sama honorer (karyawan tidak tetap) dibawah mereka, tidak ada satupun yang berani atau mampu merubah kenyataan ini. Kami, guru yang berpendidikan S-1 dan S-2, dipandang tidak lebih baik dengan mereka karena keringat kami “dihargai” dibawah mereka yang pendidikan di bawah kami dan tentunya tanggungjawab serta beban kerja yang jauh lebih ringan dibanding guru.
Ketika buruh, Satpam dan OB Sekolah, serta pembersih sungai di Jakarta memperoleh kesejahteraan yang lumayan, sementara guru yang statusnya sama-sama honorer (karyawan tidak tetap) dibawah mereka, tidak ada satupun yang berani atau mampu merubah kenyataan ini. Kami, guru yang berpendidikan S-1 dan S-2, dipandang tidak lebih baik dengan mereka karena keringat kami “dihargai” dibawah mereka yang pendidikan di bawah kami dan tentunya tanggungjawab serta beban kerja yang jauh lebih ringan dibanding guru.
Untuk melihat posisi yang lebih jelas perbandingannya, berikut saya berikan data-datanya.
Guru Honor
Setelah ada BOP, guru honor di sekolah negeri SMA di Jakarta, kerja
hari senin-jum’at, digaji sekitar Rp. 1,7 juta, bahkan banyak yang masih
dibawah itu. Beban kerjanya ialah 20-24 jam perminggu. Membuat
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, membimbing siswa, nge-SAS, dan
menghadapi ortu siswa.
Satpam dan OB Sekolah
Setelah ada BOP, satpam dan OB sekolah
(honor) di sekolah negeri SMA di Jakarta, kerja hari senin-jum’at (sabtu
sesuai jadwal piket), digaji sekitar Rp.1,8 juta. Mereka eksekutor,
bukan planner, evaluator, konselor, fasilitator, dan administrator
seperti guru.
Buruh
Dengan pendidikan SMA atau dibawahnya, buruh
dalam perusahaan mendapat gaji sebesar 2,2 juta. Pendidikan, beban
kerja, dan tanggungjawabnya, tidak sebanding dengan guru. Ini beritanya.
Pembersih Sungai
Kabar terbaru, Wagub menyatakan: “Kita akan
pekerjakan tenaga untuk kebersihan sungai, kita bayar sebagai honorer.
Kalau satu orang Rp 2 juta”. Bisa jadi, “kelakar” di kalangan guru honor
adalah begini: “kita yang membangun peradaban bangsa untuk masa depan,
ternyata dihargai lebih rendah dari pembersih sungai. Pengabdian kami
untuk mencerdaskan anak bangsa, masih belum dipandang baik dibandingkan
pembersih sungai yaa….”. (sumber berita).
Sekali lagi, dalam kenyataan demikian tidak ada yang berani dan mampu merubahnya. Padahal dalam BOP tahun 2012,
seharusnya seorang guru honorer gajinya sekitar 4 Jutaan rupiah
per-bulan-nya. Di pihak lain, kabar yang tidak sedap muncul. Guru honor
pengangkatan di atas tahun 2005, akan ada PHK yang disuarakan oleh Menpan. Haruskah semua ini (terus) terjadi?. Persoalan gaji kami yang masih dibawah UMR belum selesai, lalu diancam akan di pecat?. Visit : (Suciptoardi, 21 Nopember 2012)
Jika hal seperti itu terjadi di Ibu Kota Negara, bagaimana dengan yang di daerah-daerah???Saya rasa lebih memprihatinkan ...
Posting Komentar